"SALMAN AL FARIZI "Part : 1.
"SALMAN AL FARIZI Ahlul Bayt As. "
(AL FARIZ)
Salaman Al Farizi merupakan sahabat Rasulullah Saw. yang mencintai Ibunya lebih dari dunia dan isinya walaupun ia sendiri dalam kekurangan dalam hidupnya , karena wujud cinta pada ibunya beliau dianugerahkan "Manusia yang di Sayanggi ALLAH Swt" Setelah Rasulullah Saw di alam semesta ini.
Suatu ketika Rasulullah Muhammad saw ditanya oleh salah seorang sahabatnya,
“Ya, Rasulallah… adakah orang yang paling disayangi oleh Allah SWT selain Engkau?” Nabi Menjawab, “Ada, yaitu Salman Al-Farizi.”
Kemudian Nabi pun bercerita bahwa Salman Al-Farizi adalah orang yang berasal dari keluarga miskin, sementara ibunya sangat ingin naik haji, tetapi untuk berjalanpun dia tidak bisa. Demikian juga uang untuk pergi ke Tanah Suci tidak punya. Salman al-Farizi begitu bingung menghadapi kondisi itu. Namun akhirnya, Salman memutuskan untuk mengantar ibunya naik haji dengan cara menggendong ibunya dari suatu tempat yang begitu jauh dari Mekkah. Diperlukan waktu berhari-hari untuk melaksanakan perjalanan itu ,menghadapi teriknya matahari dan panas nya padang pasir juga dingginya malam hari sehingga tanpa terasa punggung Salman Al-Farizi ini tanpa di sadari sampai terkelupas kulitnya.”Inilah kisah pengabdian seorang Anak manusia pada ibu nya yg begitu tulus dan mencintainya bahkan cintanya bisa mengetarkan Aras-Nya ALLAH Swt.
Suatu hari ada seorang anak shaleh yang menggendong ibunya yang tercinta. Dikisahkan ibunya sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri, saat perjalanan dari kota Madinah menuju kota Mekkah dalam rangka melaksanakan ibadah Haji.
Bisa dibayangkan panasnya terik matahari ketika siang dan dinginnya malam hari serta beratnya gendongan yang ada di pundaknya bukan?Dengan beban seperti itu belum adanya panas matahari yang menyenggat belum dinginya malam hari ganas nya gurun pasir sampai -sampai di kisahkan tubuh dari Salman Al Farizi banyak terkelupas karena beban yg di tanggung nya tapi demi membahagiakan Ibunya ia tak hiraukan itu semua.kawan...
Betapa berbaktinya anak ini kepada ibunya. Dia ingin membahagiakan ibunya yang sedang sakit dengan mengantarkannya menuju rumah -Nya Allah jalla jalalu bahkan dengan menggendongnya. Betapa besar pengorbanan dan usahanya.
Ketika akhirnya sampai di kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji mereka bertemu dengan Rasulullah. Bahagia sekali sang anak beserta ibunya ini ketika mereka bertemu dengan Utusan Allah Swt tersebut yang sangat mereka cintai dan mereka rindukan.
Sang anak bertanya kepada Rasul, “Ya Rasul, apakah saya sudah berbakti kepada orangtua saya? Saya menggendong ibu saya di pundak saya berjalan dari Madinah sampai Kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.”
Seketika itu pula Rasullulah Saw ,Kekasih ALLAH .Pemimpin Islam sepanjang zaman ,yang pernah memiliki bisnis kerajaan garmen waktu itu (Sang USWATUN KHASANAH/Suri Tauladan umat/Nabi Muhammad Saw) menangis.
Diiringi tangisnya, kemudian Rasul menjawab, “Wahai Saudaraku, engkau sungguh anak yang luar biasa, engkau benar-benar anak shaleh, tapi maaf, (sambil tetap menangis) apapun yang kamu lakukan di dunia ini untuk membahagiakan orangtuamu, apapun usaha kerasmu untuk menyenangkan orangtuamu, tidak akan pernah bisa membalas jasa mereka yang telah membesarkanmu.”
Mendengar apa yang disampaikan Rasulullah, alih-alih kecewa, Salman pun bahkan lebih bersemangat lagi untuk meningkatkan bakti dan pelayanan terbaiknya kepada sang Ibu.
Begitulah Salman Al Farizi memberikan teladan kepada kita,walaupun ia sendiri dalam keadan yang kurang mampu dalam segi urusan dunia.karena faktor Iman ,cinta , pada ibunya bisa mengalahkan segalanya.itu kalau ada kemauan dari kita .Semuanya bisa mungkin terjadi
Coba tanyakan pada hati nurani anda gunakan iman dan jangan gunakan akal okol atau egomu atau nabsu mu
Bagaimana seharusnya kalian berbakti pada ibumu ayahmu (ortumu).Berbakti anak kepada Ibundanya.ayahandanya.
Coba ini renungkan kawan...pahami gunakan hati dan imanmu sudahkah kalian menyenangkan orang tuamu pada ibumu...ibumu..ibumu baru ayahmu.
lalu bagaimana dengan orang tua yg telah tiada?bagaimana cara ber baktinya?
jadikanlah kalian anak -anak yg sholeh -sholekah, kirimi do'a pada mereka orang tua kita yg telah tiada, fatekahi ./do'a kan kalau perlu berikan amal jariyah padanya.sebagai wujud cinta kita pada orang tua kita ini.
"CINTA ORANG TUA PADA ANAKNYA SEPANJANG JALAN"
SORGA ADA DI TELAPAK KAKI IBU
Berbuatlah baik pada orang tua kita selagi kita bisa dan mampu melakukanya dan jangan sakiti hatinya atau melukai perasaanya dan jangan sampai keluar kalimat yg menyinggung hati dan perasaanya .lebih baik diam saja kalau tidak sependapat dengan nya.apapu yg terjadi orang tua tetap orang tua kita .dan tidak ada duanya di dunia ini orang tua kita tetap ibu dan ayah apapun itu alasanya.dan orang tua terutama Ibu adalah wakil Tuhan di muka bumi ini bagi kita kawan.....
***
Selain itu, ada juga kisah luar biasa tentang Salman al-Farizi, ketika dirinya hendak menikah.
Tersebutlah seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita shalihah yang selama ini telah menarik perhatiannya. Tapi bagaimanapun, di sisi lain dalam pandangan Salman, Madinah bukanlah tempat dia tumbuh dewasa. Ia berpikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi urusan pelik bagi seorang pendatang seperti dirinya. Maka, disampaikanlah gejolak hatinya itu kepada sahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, yakni Abu Darda’.
“Subhanallah, walhamdulillah..” betapa senang hati Abu Darda’ mendengar pengakuan dan itikad baik Salman. Persiapan pun dilakukan. Setelah persiapan rampung, beriringanlah kedua sahabat itu menuju rumah wanita shalihah yang dimaksud.
“Saya Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam. Ia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Salman memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Saw, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abu Darda’ kepada orangtua si gadis.
Mendengar penjelasan Abu Darda’, Ayah wanita shalihah itu pun menjawab,
“Adalah kehormatan bagi kami menerima Anda, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan suatu penghargaan bagi kami bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya kami serahkan kepada puteri kami.”
Mendengar jawaban itu, Abu Darda’ dan Salman terpaksa menunggu dengan perasaan berdebar-debar. Hingga sang Ibu wanita shalihah yang kemudian muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
“Maafkan kami atas keterusterangan ini. Dengan mengharap Ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman.
Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar prediksi. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Ironis sekaligus indah. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk ketika cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran.
Tapi, apa yang kemudian dikatakan Salman
Sungguh diluar perkiraan manusia biasa...ini kalimat beliau kurang lebihnya yg di ucapkanya
“Allahu Akbar! Jika demikian, biarlah kuikhlaskan semua mahar yang kupersiapkan ini untuk saudaraku Abu Darda’, dan aku siap untuk menjadi saksi atas pernikahan kalian.”
Subhanallah, betapa indahnya kebesaran hati Salman al-Farizi yang tak sedikitpun merasa telah direndahkan sebagai sahabat yang kedudukannya mulia di mata Nabi. Dia begitu paham betapapun besarnya cinta kepada seorang wanita, tidaklah serta-merta memberinya hak untuk memiliki wanita itu.
Bagi Salman, sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tetaplah cinta tidak menghalalkan hubungan dua insan.
Salman pun sangat paham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullah saw dengan Salman. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat yang dikaruniakan Allah atas saudaranya.
Hal ini sebagaimana Sabda Nabi, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah bakti Salman kepada Ibundanya dan mampu meneladani bagaimana watak mulia dan ketulusannya dalam bersahabat dengan seseorang yang telah dipersaudarakan oleh Rasul kepadanya. Betapa teguhnya dia memelihara tali persaudaraan yang diamanahkan Rasul untuknya, meski harus mengorbankan perasaan dan kepentingan pribadinya sendiri. Itulah wujud penghormatan Salman kepada Nabi, sosok mulia yang teramat sangat dicintainya melebihi cinta kepada dirinya sendiri.
Cukup sekian saja dari aq kurang lebihnya aq mohon maaf apabila ada yg salah dan keliru di tulisan ini dan itu bukan karena kesengajaan aq
maaf aq kawan di manapun kalian berada
ingat Berbaktilah pada orang tua mu ( Ibu dan Bapakmu) mereka utama dan segalanya dan tak bisa di bandingkan dengan yang lainya.
"SELAMAT HARI IBU"
22.12.18.
Marwan Nganjuk
Bapak e, Muhammad At Thallah Al Farizi.
Komentar
Posting Komentar