Langsung ke konten utama

MEMAKMURKAN MASJID

                                                                                                    
                                                                            
             




إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ

Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.  (QS At-Taubah 9:18)


MASJID sebagai Baitullah, atau rumah Allah, merupakan inti dari pergerakan Islam. Fungsi utamanya sebagai tempat bersujud, beribadah kepada Allah sangatlah vital. Intisari dari memakmurkan masjid adalah terlaksananya shalat berjamaah. Sejauh mana kita memakmurkan masjid, adalah sejauh pandangan kita terhadap kebersusunan shaf pada shalat berjamaah
Dalam Masjid.
Dan Agama Islam kawan  selain sebagai ajaran Fondasi Umat merupakan fenomena historis/ deskriptif. Perwujudan Islam dalam tataran deskriptif itu dapat dilihat pada masyarakat Muslim, tokoh Muslim, organisasi keagamaan, dan bentuk fisik bangunan. Kajian terhadap fenomena historis/deskriptif Islam menarik minat para akademisi karena fenomena historis Islam menggambarkan dinamika dan persentuhan Islam dengan berbagai budaya masyarakat penganutnya. Satu perwujudan deskriptif/ historis Islam, misalnya masjid, bisa menunjukkan keterkaitan erat antara ajaran agama, struktur sosial, budaya, dan bahkan arsitektur. Hal itu menunjukkan bahwa spirit agama membawa di dalamnya perubahan sosial dan budaya. 


Penulis akan merujuk dari Hasil penelitian Balai Litbang Semarang pada tahun 2015, yang mengemukakan masjid(umumnya) itu sebagai pusat peradaban Islam, memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah perkembangan agama Islam. (Syiar,  Masjid ,Umat),adalah bentuk satu kesatuan yg tak terpisahkan di situ ada masjid pasti ada umat di situ ada masjid dan umat maka syiar ini akan melengkapinya. 
Dan umat adalah segala lapisan masyarakat atau kumpulan masyarakat  dan islam tak mebatasi atau membedakan umat tersebut  yg beda adalah kwalitas iman taqwa dan kesetiaan .
lanjut kawan.. 
Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah ditandai dengan pendirian masjid di Quba pada Senin 12 Rabiul Awal (28 Juli 622 Masehi), di Tanah milik Bani Najjar. Pendirian masjid menjadi titik tolak bagi pembangunan masyarakat Islam karena masjid memainkan berbagai fungsi sosial maupun kultural, selain fungsi peribadatan. Masjid pada zaman Nabi Muhammad digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu: ibadah, pertemuan umat Islam, pengembangan pengetahuan/pendidikan, tempat baitul mall, tempat penyelesaian perkara, pengumuman masalah sosial, menyalatkan orang meninggal, dan penginapan bagi musafir (Gazalba 1983: 121, 126-130). 
Di situlah yg namanya Syiar Agama Islam  Mulai berkembang ke masjid/surau sebagai tempat syiar islam .


Dulu zaman Rasulullah Saw syiar islam sembunyi-sembunyi lalu door to door.  Kemudian berkembang ke masjid ini di buktikan oleh Nabi Muhammad Saw dengan membangun Masjid Quba. 
Masjid Quba ' adalah cikal bakalnya Masjid Umat islam. 
Dengan perkembangan zaman syiar islam berkembang ke lembaga pendidikan islam (pesantren
Sekolahan atau uniiversitas)
Akan tetapi Masjid tetap punya andil besar dalam syiar islam hingga saat ini. 
Karena di masjid adalah tempat untuk mengkaji ilmu -ilmu Agama itu salah satu fungsinya makanya untuk pembetukan karakter individu yg tepat itu ada di masjid .mengapa demikian? 
Secara logika masjid tempat sholat tempat mengaji tempat membaca Al Qur'an. Tempat yg suci. 
Lalu di mana lagi untuk membentuk karakter manusia  Yg tepat klau tidak di tempat yg suci.. 
Itulah salah satu ke lalian kita belum bisa memakmurkan Masjid/surau/mushola.
Coba kita lihat di tv media. Banyak karater manusia amburadul.
dan itu rata -rata mereka tidak pernah memakmurkan masjid. Coba ini anda amati di lingkungan anda sekitar. 
Orang yg karakternya di pertanyakan ,itu sering sholat jamaah ke masjid tidak? 


Memakmurkan masjid itu penting bagi kita umat islam .pengaruhnya pada karater kita nanti itu salah satunya. Selain itu fungsi masjid sebagai pusat kegiatan sosial dan peradaban dan ini telah berlangsung sejak masa Rasulullah sendiri.
Bentuk yang dipandang sebagai model dasar bagi pembangunan masjid adalah masjid Nabawi di Madinah. Masjid Nabawi dibangun dalam bentuk segi empat, dengan berdinding tembok. Bentuk sederhana itulah yang menjadi model dasar bagi pembangunan masjid hingga saat ini.

Perkembangan arsitektur masjid yang mendasar terjadi pada Masjid Fustat (kairo) di Mesir, yang dibangun oleh Amru bin Ash, yang juga merupakan masjid ketiga dalam sejarah Islam. Masjid Fustat menjadi contoh bagi pembangunan masjid jami. Pada Masjid Fustat inilah diperkenalkan mimbar bagi khatib, maqshurah (dinding rendah pembatas antara imam dan makmum), menara bagi muazzin, dan mihrab tempat imam memimpin jamaah (Hoesin 1964: 128, 133).

Hosein berpendapat bahwa model masjid tidaklah mengacu kepada budaya Arab, pengaruh gereja, maupun pengaruh arsitektur Romawi, melainkan kreasi Islam. Ia melihat tidak ada pengaruh budaya Arab, gereja, maupun arsitektur Romawi yang bisa dlihat dalam masjid (Hoesin 1964: 134-136). Akan tetapi, beberapa sarjana melihat adanya pengaruh peradaban lain dalam pembangunan masjid. Menara, misalnya, yang mulai ada pada masjid Kairo, baru berkembang pada masa Abbasiyah. Di Syiria dan di Afrika Utara, menara masjid diduga mendapatkan pengaruh dari menara lonceng gereja era Byzantium. 

Meskipun demikian, ada faktor budaya lokal yang mempengaruhi model dan bentuk menara sehingga menara di Mesir, Iran, dan di Turki memiliki ciri khas tersendiri. Termasuk, adanya fenomena masjid tanpa menara di India karena di India menara bukan sebuah fenomena yang berlaku umum (Andrew Paterson 1996: 187-190).



Di Indonesia sendiri, menara masjid juga bervariasi. Salah satu bentuk menara yang menggambarkan pengaruh tradisi pra-Islam adalah menara masjid Kudus. Menara di Masjid Kudus menunjukkan kesamaan dengan bentuk bangunan candi, khususnya Candi Singasari. Penempatan menara itu sendiri mengingatkan kepada penunggun karang atau monumen penjaga situs, yaitu tempat ruh penjaga keselamatan dan pengingat, dalam tradisi Hindu (Wiryomartono 2009: 37-38). 

Pembangunan masjid dalam sejarah Islam awal dilakukan oleh para panglima perang. Masjid dibangun di tengah-tengah komunitas, dekat kediaman panglima perang, dan di sekitarnya terdapat tempat tahanan dan tempat musyawarah di depannya. Pembangunan masjid oleh panglima perang tidak menjadi tren di Indonesia karena masuknya Islam ke Indonesia dimulai melalui jalur perdagangan. Wajar jika masjid dibangun oleh para tokoh agama.



Di Indonesia, masjid juga dipandang sebagai kelengkapan dari kerajaan Islam sehingga masjid dibangun di dekat kraton dan alun-alun. Ada kalanya panglima perang (adipati) memiliki masjid sendiri di tempat kedudukannya (Gazalba 1983: 256- 259). Oleh karena itu, bisa dipahami mengapa di Demak ada Masjid Agung Demak dan di sebelah timurnya (tepatnya di Kudus) terdapat masjid Kudus, karena Sunan Kudus adalah qadli (hakim) dan juga pernah berperan sebagai panglima Perang Kerajaan Demak ketika menaklukkan kekuasaan terakhir Majapahit di Kediri (Guillot dan Kalus 2008: 104, 117).



Dalam tradisi Islam klasik, terdapat dua jenis masjid, yaitu masjid jami dan masjid biasa. Masjid jam adalah masjid khusus yang dipergunakan untuk shalat Jumat, sedangkan masjid biasa dipergunakan untuk shalat sehari-hari. Masjid jami didirikan dengan izin khalifah dan memiliki khatib untuk shalat Jumat. Khalifah pula yang menunjuk imam shalat. Masjid jami berperan pula sebagai tempat pembelajaran dengan adanya halaqah-halaqah kajian keislaman di dalamnya. Jumlah masjid jami lebih sedikit dibandingkan masjid biasa.



Di Bagdad pada abad kesebelas masehi, misalnya, hanya ada enam masjid jami, sedangkan masjid biasa jumlahnya mencapai tiga ribuan (Makdisi 1981: 12-14). Di Indonesia, pembedaan masjid jami dan masjid biasa mungkin lebih cair. Masjid jami dibangun oleh raja, atau oleh para tokoh agama, sebagaimana dalam hal Masjid Demak. Masjid biasa menjadi masjid sekunder, yang dibangun oleh etnis maupun oleh masyarakat desa dan komunitas. Pengaruh etnis itu melahirkan masjid Pakojan, masjid Pacinan, dan Masjid Melayu, misalnya di Semarang. Masjid-masjid desa dibangun oleh masyarakat desa atau komunitas Ada pula masjid yang dibangun di dekat makam-makam keramat, yang awalnya dibangun untuk tempat shalat penziarah (Lombard 2005: II. 218-219).
Di Indonesia pada dasarnya tidak ada model tunggal bagi bentuk masjid. Denah masjid, misalnya, selalu berbentuk bujur sangkar, namun di denah Masjid Cirebon berbentuk persegi panjang. Masjid-masjid lama tidak dilengkapi dengan menara, namun beberapa masjid di Banten, seperti Masjid Agung Banten, Masjid Kasunyatan dan Masjid Pacinan memiliki menara sejak awal. Kolam air di masjid yang terletak di undak-undakan menuju ruang shalat dan ada pula yang kolamnya mengelilingi masjid.



Ciri khas masjid di Indonesia, khususnya di Jawa, adalah atap berbentuk tumpang ganjil (lima atau tujuh). Atap itu diduga dipengaruhi oleh meru (gunung mistik) di Bali atau dalam relief candi-candi Jawa, yang menggambarkan duplikat kosmos tentang tingkatan alam surgawi. Ada pula yang berpendapat atap tumpang dipengaruhi oleh bangunan bertingkat di Kashmir dan Malabar (Lombard 2005: II. 219).

Selain atap tumpang, masjid-masjid lama di Indonesia memiliki beberapa ciri khas lainnya, yaitu adanya serambi di depan atau di samping ruang utama masjid, adanya kolam di samping atau depan masjid, dan adanya pagar tembok di sekeliling masjid dengan satu sampai tiga pintu gerbang. Pintu masjid lama cukup rendah sehingga harus menundukkan kepala ketika melewatinya. Letak masjid umumnya di Bagian Barat alun-alun (Tjandrasasmita 2009: 239-240). Posisi masjid yang berada di alun-alun itu ada yang menafsirkan sebagai bagian dari tata letak gaya Hindu (Bagoes Wiryomartono 2009: 37-38).


*Terima Kasih Yaa Alloh...*

Bersyukur telah 18 tahun lebih dikit berjalan
Saudara-saudara seimanku
Yang selalu membuatku ingat kepada-Mu
Untuk
 _Jamaah Masjid Al Hidayah_
yang selalu diam-diam mendoakan

*Pembangunan*

Dalam detik dan menit  hingga kali ini yang merupakan  _Jamaah Masjid Al Hidayah_ khususnya masyarakat Desa kepanjen ,Kepala Desa,Perangkat Desa ,Panitia Pembangunan Masjid,Para Ta'mirnya ,Para Imam dan Sesepuh dari Masjid Al Hidayah ,para Remaja/Pemuda Desa Kepanjen juga para pekerjanya  pembangunan masjid kemudian lanjut  para Donaturnya serta para pemuda -pemudi (warga desa kepanjen) yg merantau dan umumnya umat islam  dimanapun berada Semuanya masih menyempatkan berfikir dan  melakukan amal jariyahnya demi Syiarnya Dinullah Islam khusus untuk  amal jariyahnya di _Masjid Al Hidayah_
kami sampaikan banyak terima kasih semoga amal jariyah panjenegan  menjadi amal yg barokhan dan di Ridhoi oleh Allah Swt.Amin Allahuma Amin.

*Yaa Alloh...*

Rasa syukurku tambah berseri melihat Masjid Al Hidayah Tambah mewah seperti ini

Untuk nafas ini
Untuk kesempurnaan fisik ini
Untuk kemudahan-kemudahan yang tiada henti ini
Semoga Amal _Jamaah Masjid Al Hidayah_ selalu mengalir dari generasi ke generasi.Amin.

*Alhamdulillah Syukurku Ya Alloh...*

Terutama untuk hidayah-Mu yang nyata
Untuk kesempatan berjamaah Sholat
Di Masjid Al Hidayah yang indah nan mewah nampak bercahaya
Dalam kenikmatan bermunajat
Engkau terasa amat sangat dekat.

KEGIATAN RUTIN MASJID AL HIDAYAH KEPANJEN PACE NGANJUK

Masjid memiliki berbagai aktivitas yang melibatkan warga masyarakat baik yang berada di sekitar masjid maupun yang berada jauh dari masjid.  Masjid memiliki berbagai agenda kegiatan yang bersifat rutin secara umum yang dikelola oleh pengurus masjid, baik yang bersifat harian, mingguan, bulanan dan juga tahunan.  Masjid merupakan suatu lembaga yang bersifat non profit yang mengutamakan infak dan sedekah jama'ahnya untuk menjalankan berbagai kegiatan operasionalnya sehari-hari.


Kegiatan yang dilaksanakan Secara Rutin Masjid Al Hidayah:

A. Kegiatan Rutin Harian Masjid Al Hidayah
1. Sholat Wajib Berjama'ah Lima Waktu

B. Kegiatan Rutin Mingguan Masjid Al Hidayah
1. Sholat Jum'at
2. Bersih-Bersih Masjid Al Hidayah

C. Kegiatan Rutin Bulanan Masjid Al Hidayah
1. Pertemuan atau Rapat Pengurus Masjid Al Hidayah
2. Pengajian Setiap malam selasa Wage oleh KH. Imam Mawardi dari Berbek Nganjuk
3. Pembacaan Barjanji Setiap malam Ahad Pon dan Ahad Wage
4. Manaqib setiap malam Jumat Legi
5. Khataman Al Qur'an setiap Kamis Pahing

D. Kegiatan Rutin Tahunan Masjid Al Hidayah
1. Sholat Tarawih Berjama'ah
2. I'tikaf Bersama di Masjid
3. Menerima dan Menyalurkan Zakat, Infak, Sedekat, Fidyah, Dll
4. Sholat Idul Fitri
5. Halal Bilhalal Warga Masyarakat
6. Menerima dan Menyalurkan Hewan Qurban
7. Sholat Idul Adha
8. Perayaan Tahun Baru Islam
9. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
10. Santunan Anak Yatim

Mohon Maaf Apabila ada yg salah 'khlilab kami.
Dalam hal tulisan artikel ini.
Karena ini bukan kesengajaan kami.
Amin.


Oleh:

Tim RMJA


"Wallohul Muwafiq ila aqwamith Thariq"  





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK ZAMAN NOW

                                                                                                                                                                                          “MENDIDIK ANAK DI ZAMAN NOW” Ada tiga poin utama untuk mendidik anak di zaman sekarang saat ini zaman yg serba moderent yg pengaruhnya luar biasa dampaknya luar biasa maka kita harus berhati –hati dalam mendidik anak –anak kita   saat ini kawan. Anak   tidak hanya di bekali ilmu teori pengetauan saja atau teori   agama saja anak tidak hanya di titipkan atau di didik disekolah saja atau lembaga pendidikan lainya Mendidik anak tidak hanya kita memasrahkan anak pada gurunya/ustadnya saja Kita sebagai orangtua harus punya andil yg besar dalam mendidik anak. lalu bagaimana   dan apa yang di lakukan orang tua   dalam mendidik anak , kalau kita se bagai orang tua tidak punya pengetauan untuk mendidik anak baik agama atau umum? kawan Renungkanlah…. Saat ini telah banyak

HUT lamongan

 🌼⭐ Sejarah Kabupaten Lamongan  ⭐🌼 Kabupaten Lamongan berada di sebelah barat dari Kota Surabaya berjarak sekitar 49 km. Lamongan menjadi salah satu jalur Panturs atau Pantai Utara Jawa yang menghubungkan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jaya dan Banten. Salah satu Jalan Raya  terpanjang yang dibuat pada masa Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Daendels juga melewati Kabupaten Lamongan.  Kota Lamongan yang secara geografis berada dalam koordinat  : 7.12° LS 112.42°BT menjadi ibukota dari Kabupaten Lamongan.  Kota Lamongan berjuluk Kota Soto, karena Soto menjadi kuliner khas dari Kabupaten Lamongan, selain tahu campur.  Dua kuliner ini memang berasal dari Lamongan dan sangat dikenal di daerah lain. Motto dari Kota Lamongan adalah Mêmayu Raharjaning Pråjå.  Hari jadi Lamongan diterapkan pada tanggal  26 Mei 1569 sebagai peringatan Rangga Hadi diwisuda menjadi Tumenggung Lamong, dengan gelar Tumenggung Surajaya. Kabupaten Lamongan mempunyai luas wilayah  1.812,80 k

Pidato 2

  Assalamualaykum W.R.W.B. ALHAMDULILLAHIROBBIL ALAMIN, ASSOLATU WASSALAMU ‘ALA ASROFIL AMBIYA IWAL MURSALIN, WA A’LA ALIHI WA SOHBIHI AJ MA’IN, AMMA BA’DU. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan sukur kepada Allah S.W.T., karena Dia telah memberikan ni’mat kepada kita, sehingga kita bisa hadir ditempat yang kita cintai ini.... Kemudia solawat dan salam kita tujukan kepada nabi Muhammad S.A.W. karena beliau telah membawa kita dari alamjahiliyah menuju alam islamiyah seperti yang kita rasakan pada saat ini.. Adapun judul kultumkita pada kesempatan kali ini adalah: MENUNTUT ILMU   Rasulullah pernah bersabda, yang artinya: Tuntutlah ilmu mulai dari kecil sampai kamu meninggal dunia... Rasulullah telah memerintahkan kita untuk menuntut ilmu, sebab oleh karena ilmu-lah, seseorang bisa hidup bahagia. Apabila kita hendak bahagia didunia,maka kita harus mempelajari ilmu-ilmu tentang dunia. Apabila kita hendak bahagia hidup diakhirat, maka kita harus mempelajari ilmu-ilmu tengtang akhirat